Ibnu Rojab Rahimahullah mengatakan : Ayat ini merupakan isyarat bahwasanya dalam upaya beristiqamah pasti mengandung kekurangan, sehingga ditutupi dengan istighfar yang mengharuskan adanya taubat dan kembali untuk bersikap istiqamah.
Hal ini juga seperti sabda Nabi Shalallahu Alaihi wasalam kepada Muadz bin Jabal Radhiallahu Anhu : "Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan ikutkanlahperbuatan kebaikansetelah perbuatan keburukan, niscaya (kebaikan) itu akan menghapusnya (keburukan)". (Jaami'ul Uluum wal Hikam).
Nabi juga telah menyatakan bahwa seseorang bahwa seseorang tidak akan mungkin bisa berbuat istiqamah dengan sebenar-benarnya istiqamah (secara sempurna tanpa cacat sedikitpun) :"Bersikaplah istiqamah, (namun kalian) tidak akan mampu bersikap demikian (secara sempurna)..."(HR Ahmad,Ibnu Majah,dishahihkan oleh Syaikh Albani).
Keutamaan istiqamah dalam keimanan :
- Perintah Allah kepada para NabiNya "Maka beristiqamahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu" (Q.S Huud :112)
- kabar gembira dari para Malaikat untuknya ketika menjelang meninggal dunia,didalam kuburnya, dan ketika dibangkitkan. "Sesungguhnya orang yang berkata : Robb kami adalah Allah ,kemudian dia beristiqamah, para Malaikat akan turun kepada mareka dengan mengatakan: Janganlah kalian takut dan bersediah. Bergembiralah dengan surga yang dijanjikan untuk kalian". (Q.S Fushshilat:30).
- Dilapangkan rezekinya di dunia. "Dan jika kalian beristiqamah di atas jalan (islam), niscaya kami akan memberikan kepada kalian minuman yang banyak". (Q.S Al-Jin:16). Al-imam al-Qurthuby Rahimahullah menyatakan : Jika orang-orang kafir itu beriman, sungguh Kami akan memberikan kelapangan mareka didunia dan Kami akan bentangkan rezeki untuk mareka. (Tafsir al-Qurthuby (19/17))
Faidah ini disarikan dari Syarh al-arbain An-Nawawiyyah karya al-Luhaimid Rahimahullah.
Al Ustadz Abu Usman Kharisman Hafidzahullah
(Wa Ahlus Sunnah Bengkulu)
0 komentar